Dalam bahasa Inggris, angin biasa disebut dengan WIND. Berdasarkan ini, sifat-sifat angin pun terkandung dalam empat huruf-hurufnya, yaitu [W]aft, [I]nvisible, [N]atural, dan [D]aily.
Sifat angin yang lebih banyak dipakai karena nuansa positifnya, pun
bisa dipakai dalam kepenulisan. Ya, menulislah seperti angin, baik yang
baru belajar, yang sudah merasa, atau yang sudah dicap menjadi seorang
penulis. Artinya, sebagai seseorang yang terjun dalam dunia kepenulisan
harusnya bisa mempraktikkan sifat WIND ini: Waft (melayang-layang), Invisible (tak dapat dilihat), Natural (alami), dan Daily (bersifat harian).
1. Waft
Sifat angin yang pertama adalah waft atau melayang-layang.
Pergerakannya begitu stabil, sehingga bisa turun ke bawah atau terbang
tinggi ke atas, dengan pergerakan yang lambat ataupun sangat cepat,
namun tetap dalam koridor melayang. Sudah sepantasnya seorang penulis
harus memiliki sifat ini karena dunianya adalah dunia imajinasi tanpa
batas. Imajinasinya harus melayang-layang. Kreativitasnyalah yang dapat
memanen imajinasi itu sehingga menghasilkan karya yang indah. Pada
proses melayang, seseorang dapat melihat dunia dari berbagai pandangan.
Jika tidak percaya, bandingkanlah pandangan kita saat berdiri di atas
tanah, berdiri di atas meja, berdiri di atap rumah, berdiri di atas
gedung, atau melihat dari jendela pesawat.
2. Invisible
Sifat angin yang kedua adalah invisible atau tak dapat
dilihat, namun keberadaannya dapat disaksikan melalui pergerakan benda
lainnya seperti daun, bulu, debu, rambut, bendera, layar, dll. Ya,
seorang penulis sudah biasa disebut sebagai tokoh di belakang layar.
Masyarakat luas hanya mengenal buah karyanya yang tersebar luas tanpa
mengetahui siapa sebenarnya penulis yang bersangkutan. Kendati demikian,
sebagai seorang penulis kita harus bertanggung jawab penuh atas sesuatu
yang sudah ditulis. Menulis kebenaran jauh lebih penting daripada
menulis sesuatu dengan apa adanya. Mengajak banyak orang untuk berbuat
lebih baik jauh lebih penting daripada menjerumuskan mereka. Satu hal
yang perlu diingat: Tulislah sesuatu yang berpahala karena penulis itu
hidup abadi!
3. Natural
Sifat angin yang ketiga adalah natural atau alami karena
bergerak mengikuti alur irama yang telah ditetapkan, yaitu berdasarkan
perbedaan tekanan yang juga alami. Seorang penulis juga harus memiliki
sifat alami. Artinya, ia harus bebas menyuarakan kebenaran tanpa harus
dikungkung atau ditekan oleh pihak mana pun. Menulislah secara mengalir
tanpa harus mengikuti gaya tertentu, meski pada awalnya ia harus belajar
dari gaya yang dianggapnya terbaik. Menulislah secara alami tanpa harus
terpenjara oleh statusnya sebagai seorang karyawan, ibu rumah tangga,
pebisnis, trainer, artis, atau bahkan pejabat atau penjahat sekalipun.
Lihatlah mereka yang berhasil menulis karya besarnya meski harus di
penjara seperti Sayyid Qutb saat menulis “Fii Zhilalil Quran”. Jadi,
apakah kita harus terpenjara oleh waktu yang bisa diatur oleh kita
sendiri?
4. Daily
Sifat angin yang keempat adalah daily atau bergerak setiap
hari. Kalau mau dipaksakan, bahkan hitungannya sudah ‘detikly’ alias
setiap detik. Apa jadinya jika angin tidak bergerak satu hari saja?
Begitulah halnya dengan seorang penulis. Menulislah setiap hari meski
itu hanyalah satu kata saja! Joni Ariadinata pernah menuliskan bahwa
cerpen bagus (bermutu) tidak lahir dari proses yang sederhana tetapi
membutuhkan banyak perangkat, di antaranya adalah kemampuan menguasai
teknik dan mengetahui betul apa yang ditulis. Lanjutnya, “Menguasai
teknik didapat melalui latihan membaca, kemudian latihan menulis, dan
terus menulis tanpa jemu dan putus asa. Sedangkan mengetahui betul apa
yang ditulis didapat dari dua hal terpenting, yakni membaca abstrak
(melihat, mendengar, dan merasakan) dan membaca yang sebenarnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar